Kamis, 02 Desember 2010

TAWASSUL PENJELASANNYA BAGAIMANA.??

Tawassul artinya
menjadikan wasilah
atau pelantara.
Tawassul adalah
menjadikan wasilah
untuk mencapai
hajat dan tujuan.
Tawassul dalam
berdoa adalah
menjadikan suatu
sebagai wasilah
dalam doa dan
permohonan kepada
Allah Swt.
Di sini perlu
ditegaskan bahwa
tawassul tidak
berarti
“menuhankan”
atau
“ menyembah”.
Jangan menyalah-
pahami atau
membelokkan
makna tawassul. Di
dalam hadis2 Nabi
saw dijelaskan
bahwa tawassul ada
dua macam:
tawassul dengan zat
(diri) dan tawassul
dengan kedudukan
atau hak Rasulullah
saw dan para
kekasih Allah swt.
Dasar-dasar
Qur ’ani tentang
Tawassul:
اَهُّيَأَي
َنيِذَّلا
اوُنَماَء
اوُقَّتا َهَّللا
َو اوُغَتْبا
ِهْيَلِإ
َليِسَوْلاَة َو
اوُدِهَج ىف
ِهِليِبس
ْمكَّلَعَل
نوُحِلْفُت َ
“Wahai orang-
orang yang beriman,
bertakwalah kepada
Allah dan carilah
wasilah kepada-Nya,
dan bersungguh-
sungguhlah di jalan-
Nya agar kamu
menjadi orang-orang
yang
beruntung. ” (Al-
Maidah: 35).
َو ِهَّلل
ُءاَمسَألا
ىنسُْحلا
ُهوُعْداَف اَهب
“ Allah memiliki
asmaul husna, maka
berdoalah kepada
Allah melalui
melaluinya (nama-
namanya). ” (Al-
A’raf: 180)
َّنَأ َهَّللا
كُرشَبُي
ىيْحَيِب
اَقِّدصُم
ٍةَمِلكِب َنِّم
ِهَّللا
“ Sesungguhnya
Allah
membahagiakan
kamu dengan/
melalui Yahya, yang
membenarkan
kalimat yang datang
dari Allah.” (Ali-
Imran: 39).
مَيْرَماَي
ُ َّنِإ َهَّللا
ِكُرشَبُي
ٍةَمِلكِب
ُهْنِّم ُهُمسا
ُحيِسَمْلا
ىسيِع ُنْبا
َمَيْرَم
“ Wahai Maryam,
sesungguhnya Allah
membahagiakan
kamu melalui suatu
kalimat yang datang
dari-Nya namanya
Al-Masih Isa bin
Maryam.”(Ali-Imran:
45)
Tawassul di dalam
hadis2 Nabi saw:
Hadis Pertama:
Tawassul dengan diri
Nabi saw:
Dalam suatu riwayat
disebutkan: Utsman
bin Hanif datang
kepada Rasulullah
saw agar beliau
mendoakan kepada
Allah swt. Kemudian
beliau menyuruhnya
berwudhu ’ dan
melakukan shalat
dua rakaat dan
berdoa sebagai
berikut:
مهللا ينا كلأسا
هجوتاو كيلا
كيبنب يبن
ةمحرلا، اي دمحم ينا
هجوتا كب ىلا يبر
يف يتجاح
ىضقتل. مهللا
هعفش يف .
“Ya Allah, aku
memohon kepada-
Mu dan menghadap
kepada-Mu dengan/
melalui nabi-Mu nabi
pembawa rahmat.
Wahai Muhammad,
denganmu aku
menghadap kepada
Tuhanku agar Dia
menunaikan hajatku.
Ya Allah, jadikan dia
(Muhammad)
pemberi syafaat
bagiku. ”
Dalam kitabnya Ad-
Durar As-Saniyyah,
Zaini Dahlan mantan
mufti besar Mekkah
mengatakan bahwa
hadis ini shahih,
diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Al-Hakim
dalam
Mustadraknya, dan
As-Suyuthi dalam
kitab Jami ’nya.
Hadis tersebut
terdapat di dalam:
1. Sunan Ibnu Majah
1: 441, hadis ke 1385.
2. Musnad Ahmad 4:
138.
3. Mustadrak Ash-
Shahihayn, Al-Hakim
An-Naisaburi, jilid 1,
halaman 313.
4. Jami ’ Ash-
Shaghir As-Suyuthi,
halaman 59,
mengutip dari At-
Tirmidzi dan Al-
Hakim.
5. Al-Tajul Jami ’ 1:
286.
Hadis Kedua:
Tawassul dengan
hak para kekasih
Allah
Abu Said Al-Khudri
mengatakan bahwa
Rasulullah saw
bersabda:
نم جرخ نم هتيب ىلا
ةالصلا لاقف: مهللا
ينا كلأسا قحب
نيلئاسلا كيلع …
“Barangsiapa yang
keluar rumah untuk
melakukan shalat,
maka ucapkan: ‘Ya
Allah, aku memohon
kepada-Mu dengan
hak orang-orang
yang bermohon
pada-Mu …” (Sunan
Ibnu Majah 1: 256,
hadis ke 778).
Hadis ketiga:
Tawassul dengan
hak Rasulullah saw
Umar bin Khaththab
berkata bahwa
Rasulullah saw
bersabda:
اّمَل َبَنْذأ ُمدآ
بنذلا يذَّلا
ُهبَنْذأ، َعَفَر
ُهَسأَر ىلإ
ءامَّسلا َلاقَف :
َكُلَأْسأ
ّقَحِب دَّمَحُم
ّالإ َتْرَفَغ
يل. ىحوأَف هّللا
ِهْيَلإ: َو ْنَم
؟ٌدَّمَحُم
َلاقَف :
َكَرابَت
َكُمْسا، اّمَل
ُتْقلُخ
ُتْعَفَر
يسَأَر ىلإ
َكِشْرَع اذِإَف
ِهيف
ٌبوُتْكَم: ال هلإ
ّالإ هّللا و
ٌدَّمَحُم
ُلوُسَر هّللا،
ُتْلُقَف:
ُهَّنإ َسْيَل
ٌدَحأ ُمَظْعأ
َكَدْنِع ًارْدَق
نَّمِم َتْلَعَج
ُهَمْسا َعَم
َكِمْسا،
ىحْوأَف هيلإ
ُهَّنإ ُرِخآ
َنيّيِبنلا ْنِم
كِتَّيّرُذ،َ
الْوَلَو دّمحم
امَل َكُتْقَلَخ .
“Ketika Adam
melakukan dosa, ia
menengadahkan
kepalanya ke langit,
lalu berkata: Aku
memohon kepada-
Mu dengan hak
Muhammad kecuali
Kau ampuni aku.
Kemudian Allah
mewahyukan
kepadanya: Siapakah
Muhammad itu?
Adam berkata: Maha
Berkah nama-Mu,
ketika Kau ciptakan
aku, aku
menengadahkan
kepalaku ke Arasy-
Mu, maka di Arasy-
Mu tertulis: “Tiada
Tuhan kecuali Allah
dan Muhammad
utusan Allah. ”
Kemudian aku
berkata: “Tidak ada
seorang pun yang
lebih agung qadarnya
di sisi-Mu daripada
orang yang namanya
Kau jadikan bersama
nama-Mu. ”
Kemudian Allah
mewahyukan
kepadanya:
“ Sesungguhnya dia
adalah nabi yang
terakhir dari
keturunanmu, dan
sekiranya tidak ada
Muhammad niscaya
Aku tidak
menciptakan
kamu. ”
24 November jam 11:58 ·
Suka
Tanya Jawab
Masalah Islam Hadis
ini terdapat di dalam:
1. Mustadrak Al-
Hakim 2: 615.
2. Tafsir Ruhul
Ma ’ani, oleh Al-
Alusi, jilid 1/217, atau
tentang surat Al-
Baqarah: 37.
3. Tafsir Ad-Durrul
Mantsur, As-Suyuthi,
jilid 1/59, atau
tentang surat Al-
Baqarah: 37. ia
mengutip dari Ath-
Thabrani, Abu
Na ’im dan Al-
Baihaqi.
Hadis keempat:
Tawassul Nabi saw
dengan haknya dan
hak para Nabi (as)
sebelumnya.
امَل ْتَتام
ُةَمِطاف تْنِب
دَسأ، َلَخَد
اهْيَلَع ُلوُسَر
هللا ـ ىلص هللا هيلع
هلآو ملسو ـ
َسَلَجَف
َدْنِع اهِسْأَر
لاقَف: ِكَمِحَر
هّللا اي يّمُأ دعب
يّمُأ َّمُث اعَد
ُلوسَر هّللا
َةَماسُأ نب
دْيَز و ابأ
َبوُّيأ يراصنألا
َو َرَمُع نب
ِباَطَخْلا َو
ًامالُغ َدوْسأ
نوُرِفْحَي ،َ
اوُرَفَحَف
اهَرْبَق ،
اّمَلَف
اوُغَلَب
دْحَّللا
ُهَرَفَح
ُلوُسَر هّللا ـ
ىّلص هللا هيلع هلآو
ملسو ـ ِهِدَيِب
َو َجَرْخَأ
ُهَبارُت،
اّمَلَف َغرَف
َلَخَد ُلوُسَر
هّللا َعَجَطضاف
ِهيف َّمُث َلاق:
ُهّللا يذَّلا
ييْحُي َو
ُتيمُي َو َوُه
ٌّىَح ال
ُتوُمَي،
ْرِفْغِإ يّمُأل
َةَمِطاف
ِتْنِب دَسأ، َو
ْعِّسَو
اهْيَلَع
اهَلَخْدَم ،
ِّقَحِب
َكِّيِبَن َو
ءايبنألا َنيذَّلا
ْنِم يلْبَق .
“Ketika Fatimah
binti Asad (Ibunda Ali
bin Abi Thalib)
meninggal, Rasulullah
saw mendatanginya
lalu duduk di dekat
kepalanya dan
bersabda: “Semoga
Allah merahmatimu
wahai ibuku sesudah
ibuku. ” Kemudian
Rasulullah saw
memanggil Usamah
bin Zaid, Abu Ayyub
Al-Anshari, Umar bin
Khaththab, dan anak
yang berkulit hitam
untuk menggali
kuburan. Kemudian
mereka menggali
kuburannya. Setelah
Rasulullah saw
sampai di kuburnya
beliau menggalinya
dengan tangannya
sendiri dan
mengeluarkan tanah
darinya. Setelah
selesai menggali
kuburan Rasulullah
saw masuk ke dalam
liang lahadnya
kemudian beliau
berbaring di
dalamnya, lalu
berdoa: “Allah yang
menghidupkan dan
mematikan, Dialah
Yang Hidup dan tidak
mati, ampuni ibuku
Fatimah binti Asad,
dan luaskan
kuburnya atasnya
dengan hak nabi-Mu
dan hak para nabi
sebelumku. ”
Hadis ini
diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani dalam
Al-Kabir wal-Awsath,
dan Ibnu Hibban dan
Al-Hakim, mereka
menshahihkan hadis
ini. (kitab Kasyful
Irtiyab fit tiba ’i
Muhammad bin Abdul
Wahhab, oleh Sayyid
Muhsin Al-Amin, hlm
321). Juga terdapat
dalam kitab Hilyatul
Awliya ’ oleh Abu
Na’im, jilid 3 hlm
121.
Zaini Dahlan mantan
Mufti besar Mekkah
menyatakan dalam
kitabnya “Ad-Durar
As-Saniyyah” hlm 8:
Hadis ini
diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syaibah dari
Jabir, juga oleh Abdul
Bar dari Ibnu Abbas,
juga diriwayatkan
oleh Abu Na’im
dalam Hilyatul
Awliya ’ dari Anas
bin Malik, juga oleh
Jalaluddin As-Suyuthi
dari semua perawi
itu dalam kitabnya
Al-Jami ’ Al-Kabir.
Doa dan Tawassul
Imam Ali bin Abi
Thalib (sa):
…ِّقَحِب
دَّمَحُم َو ِلآ
دَّمَحُم
َكْيَلَع، َو
َكِّقَحِب
ِميظَعْلا
ْمِهْيَلَع ْنأ
َىِّلَصُت
ْمِهْيَلَع امَك
َتْنأ ُهُلْهأ َو
ْنأ ينَيِطْعُت
لَضْفأ ام
َتْيَطْعأ
نيلئاّسلا ْنِم
َكِدابِع
نيضامْلا َنِم
َنينمْؤملا، و
لَضْفأ ام
يطْعُت َنيقابلا
َنِم
ينِمؤُمْلاَن …
… Aku memohon
kepada-Mu dengan
hak Muhammad dan
keluarga Muhammad
atas-Mu, dan dengan
hak-Mu atas mereka,
agar Kau sampaikan
shalawat kepada
mereka
sebagaimana yang
layak bagi-Mu,
karuniakan padaku
yang paling utama
dari apa yang Kau
berikan kepada
orang-orang yang
bermohon dari
hamba-hamba-Mu
yang mukmin yang
terdahulu, dan yang
paling utama dari
apa yang Kau
karuniakan kepada
orang-orang mukmin
yang akan
datang…” (Shahifah
Al-‘Alawiyah, hlm
51)
Doa Tawassul Umar
bin Khaththab:
َّنإ َرَمُع نب
باّطَخلا َناك اذإ
اوُطِحُق
ىقسَتْسا
اّبَعْلاِبِس
نب مْلاِدْبَع
ِبِلَطُ ـ يضر
هّللا هنع ـ َو َلاق:
َّمُهّللا اّنُك
لَّسَوَتَن
ُ َكيَلإ
نِّيِبَنِبا
انيقْسُتَف، َو
اّنإ لَّسَوَتَن
ُ َكْيَلإ
ِّمَعِب
انِّيِبَن
انقِساف .
“Sesungguhnya
Umar bin Khaththab
jika tidak turun
hujan, ia memohon
diturunkan hujan
melalui Abbas bin
Andul Muthallib (ra),
ia berdoa: Ya Allah,
kami bertawassul
kepada-Mu dengan
nabi kami, maka
turunkan hajan
kepada kami, dan
kami bertawassul
kepada-Mu dengan
paman nabi kami,
maka turunkan hujan
kepada
kami. ” (Shahih
Bukhari 2: 32, bab
shalat Istisqa ’).
Dengan hadis2
tersebut, masihkah
ada sebagian kita
yang membedakan
antara tawassul
dengan Nabi saw
ketika beliau masih
hidup, dan sesudah
beliau wafat. Yakni,
ketika beliau masih
hidup boleh
tawassul, dan
setelah beliau wafat
tawassul tidak boleh
dan musyrik. Maka,
apa yang
membedakan ruh
suci Rasulullah saw
atau kedudukannya
yang mulia, saat
beliau masih hidup
dan sesudah
wafatnya. Jangan
dimaknai tasawwul
dengan menyembah
atau menuhankan.
Dua makna ini sangat
jauh berbeda seperti
jauhnya langit dan
bumi.
Jika memaknai
tawassul dengan
menyembah atau
menuhankan, jelas
ini dilarang dan
musyrik, baik
Rasulullah saw masih
hidup atau sesudah
wafat. Tapi tidak ada
seorang pun
muslimin yang
memaknai tawassul
dengan makna ini.
Jika kita memaknai
tawassul atau
wasilah dengan
makna menyembah
atau menuhankan,
maka hukum ini juga
berlaku dalam
tawassul terhadap
hal-hal yang material
seperti minum obat
atau vitamin untuk
kesehatan; dunia,
uang, materi, atau
lainnya untuk
kehidupan. Jika hal2
yang materi boleh
dijadikan wasilah
untuk mencapai
tujuan, dan melarang
hal2 yang non-materi
atau ruh suci Nabi
saw dan ruh2 suci
para kekasih Allah
swt dijadikan
wasilah untuk
mencapai hajat dan
tujuan, maka
bukankah paham dan
pemikiran seperti ini
termasuk pemikiran
materialistik?
Selain itu, pemikiran
seperti ini telah
menganggap ayat
berikut ini
dimansukh, padahal
telah disepakati oleh
ulama ahli tafsir
bahwa ayat ini tidak
dimansukh, yakni
ayat tentang
Rasulullah saw dan
pengampunan dosa:
َو ْوَل ْمُهَّنَأ
ذِإ اوُمَلظ
ْمُهسُفنَأ
كوُءاَج
َفْغَتساَفاوُر
َهَّللا َو
َرَفْغَتسا
ُمُهَلُلوسَّرلا
اوُدَجَوَل
َهَّللا
ًاباَّوَت
ًاميِحَّر
“ Sekiranya mereka
ketika menzalimi diri
mereka (berbuat
dosa) datang
kepadamu, lalu
mereka memohon
ampun kepada Allah
dan Rasul pun
memohonkan
ampunan untuk
mereka, niscaya
mereka dapati Allah
Maha Menerima
taubat lagi Maha
Menyayangi. ” (An-
Nisa’: 64).
jika ayat ini tidak
dimansukh, maka
sangatlah jelas
bahwa ayat ini tidak
hanya berlaku di
zaman Nabi saw,
tetapi juga berlaku
sekarang dan sampai
akhir zaman.
Sehingga ayat ini
juga menjadi dasar
yang membolehkan
tawassul dalam
memohon ampun
dan bertaubat dari
dosa, juga dalam
berdoa. Jadi,
tawassul dalam
berdoa bukan hanya
boleh tetapi sangat
dianjurkan di dalam
Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar