Sabtu, 11 Desember 2010

TAWASSUL, ISTIGHOTSAH, SHOLAWAT, HUKUMNYA SUNNAH

1. DALIL QUR'AN TENTANG PERINTAH
BERTAWASSUL : Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan carilah jalan (wasilah) yang
mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya
kamu mendapat keberuntungan’(QS
Al-Maidah: 35)
2. DALIL QUR'AN BOLEHNYA MINTA
TOLONG KEPADA SELAIN ALLOH : “Jika
kamu berdua bertobat kepada Allah,
maka sesungguhnya hati kamu
berdua telah condong(untuk
menerima kebaikan); dan jika kamu
berdua bantu-membantu
menyusahkan Nabi, maka
sesungguhnya Allah
adalahpelindungnyadan(begitu
pula)Jibril dan orang-orang mukmin
yang baik; dan selain dari itu
malaikat-malaikat
adalahpenolongnyapula ”.(Q.S. 66:4)
3.NABI MUHAMMAD TAWASSUL
KEPADA PARA NABI LAINNYA : “Allah
yang menghidupkan dan
mematikan, Dialah Allah yang Maha
Hidup. Ya Allah, limpahkanlah
ampunan-Mu kepada ibuku
panggilan ibu, karena Rasulallah saw.
ketika masih kanak-kanak hidup
dibawah asuhannya, lapangkanlah
kuburnya dengan demi Nabi-Mu
(yakni beliau saw. sendiri) dan demi
para Nabi sebelumku. Engkaulah, ya
Allah Maha Pengasih dan
Penyayang ”. Beliau saw. kemudian
mengucapkan takbir empat kali.
Setelah itu beliau saw. bersama-
sama Al- ‘Abbas dan Abu Bakar
radhiyallahu ‘anhumaa memasukkan
jenazah Fathimah binti Asad kedalam
lahad.( At-Thabrani dalam Al-Kabir
dan Al-Ausath.)Dalam kitab
Majma ’uz-Zawaid jilid 9/257 disebut
nama-nama perawi hadits tersebut,
yaitu Ruh bin Shalah, Ibnu Hibban
dan Al-Hakim. Ada perawi yang
dinilai lemah, tetapi pada umumnya
adalah perawi hadit-hadits shohih.
Sedangkan para perawi yang disebut
oleh At-Thabrani didalam Al-Kabir
dan Al-Ausath semuanya baik
(jayyid) yaitu Ibnu Hiban, Al-Hakim
dan lain-lain yang membenarkan
hadits tersebut dari Anas bin
Malik.Selain mereka terdapat juga
nama Ibnu Abi Syaibah yang
meriwayatkan hadits itu secara
berangkai dari Jabir. Ibnu ‘Abdul Birr
meriwayatkan hadits tersebut dari
Ibnu ‘Abbas dan Ad-Dailami
meriwayatkannya dari Abu Nu’aim.
Jadi hadits diatas ini diriwayatkan
dari sumber-sumber yang saling
memper- kuat kebenarannya.
4.NABI ADAM TAWASSUL KEPADA
NAMA NABI MUHAMMAD YANG BELUM
ADA : dari Umar Ibnul Khattab
(diriwayatkan secara berangkai oleh
Abu Nu ’aim Al-Hafidz dalam Dala’ilun
Nubuwwah oleh Syaikh Abul Faraj,
oleh Sulaiman bin Ahmad, oleh
Ahmad bin Rasyid, oleh Ahmad bin
Said Al-Fihri, oleh Abdullah bin Ismail
Al-Madani, oleh Abdurrahman bin
Zaid bin Aslamdanayahnya) yang
mengatakan bahwa Nabi saw.
berrsabda:
“Setelah Adam berbuat kesalahan ia
mengangkat kepalanya seraya
berdo ’a: ‘Ya Tuhanku,demi hak/
kebenaran Muhammadniscaya
Engkau berkenan mengampuni
kesalahanku ’. Allah mewahyukan
padanya:‘Apakah Muhamad itu dan
siapakah dia?’Adam menjawab: ‘Ya
Tuhanku, setelah Engkau
menyempurnakan penciptaanku,
kuangkat kepalaku melihat ke ‘Arsy,
tiba-tiba kulihat pada “Arsy-Mu
termaktubLaa ilaaha illallah
Muhammad Rasulallah. Sejak itu aku
mengetahui bahwa ia adalah
makhluk termulia dalam pandangan-
Mu, karena Engkau menempatkan
namanya disamping nama-Mu ’. Allah
menjawab: ‘Ya benar,engkau Aku
ampuni,.ia adalah penutup para Nabi
dari keturunanmu. Kalau bukan
karena dia, engkau tidak Aku
ciptakan ’ ”.
Dii dalam kitab Mustadrak al-Hakim,
jilid 2, halaman 15; kitab ad-Durr al-
Mantsur, jilid 1, halaman 59; dengan
menukil dari Thabrani, Abu Na ’im al-
Ishfahani. Demikian juga hadits
tentang bertawassulnya Rasulallah
saw. dengan hak-hak para nabi
sebelumnya. Sebagaimana juga
Thabrani meriwayatkannya didalam
kitabnyaal-Kabirdanal-Awsath. Begitu
juga Ibnu Hibban dan al-Hakim,
mereka berduamenshohihkannya.
Selanjutnya, hadits bertawassul
kepada orang-orang yang berdo ’a,
terdapat juga didalam shohih Ibnu
Majjah, jilid 1, halaman 261, bab al-
Masajid; dan begitu juga di dalam
musnad Ahmad, jilid 3, halaman 21.
Demikian juga dengan riwayat-
riwayat yang lain.
5.SITI 'AISYAH (ISTERI RASUL)
TAWASSUL KEPADA NABI MUHAMMAD
YANG SUDAH WAFAT : Ad-Darami
meriwayatkan: “Penghuni Madinah
mengalami paceklik yang sangat
parah. Mereka mengadu kepada
Aisyah ra (ummul Mukminin).Aisyah
mengatakan: ‘Lihatlah pusara Nabi !
Jadikanlah ia(pusara)sebagai
penghubung menuju langit sehingga
tidak ada lagi penghalang dengan
langit ’.Dia (perawi) mengatakan:
Kemudian mereka (penduduk
Madinah) melakukannya, kemudian
turunlah hujan yang banyak hingga
tumbuhlah rerumputan dan
gemuklah onta-onta dipenuhi
dengan lemak. Maka saat itu disebut
dengan tahun ‘al-fatq’(sejahtera)”.
(Lihat:Kitab “Sunan ad-Darami” 1/56)
Hadits serupa diatas yang
diriwayatkan secara berangkai dari
Abu Nu ’man dari Sa’id bin Zaid, dari
‘Amr bin Malik Al-Bakri dan dari Abul
Jauza bin ‘Abdullah yang
mengatakan sebagai berikut: “Ketika
kota Madinah dilanda musim gersang
hebat, banyak kaum muslimin
mengeluh kepada isteri Rasulallah
saw. ‘Aisyah ra. Kepada mereka
‘Aisyah berkata:‘Datang-
lahkemakamNabi saw. dan bukalah
atapnya agar antara makam beliau
dan langit tidak terhalang apapun
juga ’.Setelah mengerjakan saran
‘Aisyah ra.itu turunlah hujan hingga
rerumputan pun tumbuh dan unta-
unta menjadi gemuk ”. (ini
menggambarkan betapa banyaknya
hujan yang turun hingga kota
Madinah menjadi subur kembali).
(Kitab Sunan Ad-Daramy jilid 1/43)
6.ALI BIN ABI THOLIB TAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD SAW YANG
TELAH WAFAT : Berkata al-Hafidz Abu
Abdillah Muhammad bin Musa an-
Nukmani dalam karyanya yang
berjudul ‘Mishbah adz-Dzolam’;
Sesungguhnya al-Hafidz Abu Said as-
Sam ’ani menyebutkan satu riwayat
yang pernah kami nukil darinya
yang bermula dari Khalifah Ali bin Abi
Thalib yang pernah mengisahkan:
“ Telah datang kepada kami seorang
badui setelah tiga hari kita
mengebumi- kan Rasulullah.
Kemudian iamenjatuhkan dirinyake
pusara Rasulallah saw.
danmembalurkan tanah(kuburan) di
atas kepalanya seraya berkata:
‘Wahai Rasulullah, engkau telah
menyeru dan kami telah mendengar
seruanmu. Engkau telah mengingat
Allah dan kami telah mengingatmu.
Dan telah turun ayat; ‘Sesungguhnya
Jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan
rasulpun memohonkan ampun untuk
mereka, tentulah mereka mendapati
Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang’(QS an-Nisa: 64)
dan aku telah mendzalimi diriku
sendiri. Dan aku mendatangimu agar
engkau memintakan ampun
untukku. Kemudian terdengar seruan
dari dalam kubur: ‘Sesungguhnya Dia
(Allah) telah mengampunimu’ ”.
(Kitab “Wafa’ al-Wafa’” karya as-
Samhudi 2/1361)
Dari riwayat di atas menjelaskan
bahwa; bertawassul kepada
Rasulullah pasca wafat beliau adalah
hal yang legal dan tidak tergolong
syirik atau bid ’ah. Bagaimana tidak?
Sewaktu prilaku dan ungkapan
tawassul/istigho- tsah itu
disampaikan oleh si Badui di pusara
Rasul –dengan memeluk dan
melumuri kepalanya dengan tanah
pusara – yang ditujukan kepada
Rasulallah yang sudah dikebumikan,
hal itu berlangsung di hadapan
Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib.
Dan khalifah Ali sama sekali tidak
menegurnya, padahal beliau adalah
salah satu sahabat terkemuka
Rasulullah yang memiliki keilmuan
yang sangat tinggi dimana Rasulullah
pernah bersabda berkaitan dengan
Ali bin Abi Thalib kw. sebagai berikut:
‘ Ali bersama kebenaran dan
kebenaran bersama Ali’.(Kitab
“Tarikh Baghdad” karya Khatib al-
Baghdadi 14/321, dan dengan
kandungan yang sama bisa dilihat
dalam kitab “Shohih at-Turmudzi”
2/298).
Dalam Kitab “Mustadrak as-
Shohihain” karya al-Hakim an-
Naisaburi 3/124,‘Ali bersama al-
Qur’an dan al-Qur’an bersama Ali,
keduanya tidak akan pernah
terpisah hingga hari
kebangkitan ’.Dalam Kitab
“Mustadrak as-Shohihain” 3/126,
‘Aku(Rasulallah saw.)adalah kota ilmu
dan Ali adalah pintu gerbangnya.
Barangsiapa meng- hendaki
(masuk)kota maka hendaknya
melalui pintu gerbangnya ’. Dalam
Kitab Mustadrak as-Shohihain” 3/122,
‘Engkau(Ali)adalah penjelas kepada
umatku tentang apa-apa yang
mereka selisihkan setelah
(kematian)-ku ’.Dan masih banyak
lagi riwayat mengenai Khalifah Ali
kw.ini.
7.BILAL BIN RABAH TAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD YANG
SUDAH WAFAT : Abu Darda ’ dalam
sebuah riwayat menyebutkan:
“ Suatu saat, Bilal (al-
Habsyi)bermimpibertemu dengan
Rasulallah. Beliau bersabda kepada
Bilal: ‘Wahai Bilal, ada apa gerangan
dengan ketidak perhatianmu (jafa’)?
Apakah belum datang saatnya
engkau menziarahiku ?’. Selepas itu,
dengan perasaan sedih, Bilal segera
terbangun dari tidurnya dan
bergegas mengendarai
tunggangannya menuju ke Madinah.
Lalu Bilal mendatangi kubur Nabi
sambil menangis lantasmeletakkan
wajahnyadi atas pusara Rasul. Selang
beberapa lama, Hasan dan Husein
(cucu Rasulallah) datang. Kemudian
Bilal mendekap dan mencium
keduanya ”. (Tarikh Damsyiq jilid 7
Halaman: 137, Usud al-Ghabah karya
Ibnu Hajar jilid: 1 Halaman: 208,
Tahdzibul Kamal jilid: 4 Halaman:
289, dan Siar A ’lam an-Nubala’ karya
Adz-Dzahabi Jilid: 1 Halaman 358)
8.UMAR BIN KHOTTOB TAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD YANG
SUDAH WAFAT 1 : “Masyarakat telah
tertimpa bencana kekeringan di
zaman kekhalifahan Umar bin
Khattab. Bilal bin Harits –salah
seorang sahabat Nabi– datang ke
pusara Rasul dan
mengatakan: ‘Wahai Rasulullah,
mintakanlah hujan untuk umatmu
karena mereka telah(banyak)yang
binasa ’. Rasul saw. menemuinya
didalam mimpi dan
memberitahukannya bahwa mereka
akan diberi hujan (oleh Allah) ”.
(Fathul Bari jilid 2 halaman 398, atau
as-Sunan al-Kubra jilid 3 halaman
351)
9.UMAR BIN KHOTTOB TAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD YANG
SUDAH WAFAT 2 : Hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhori dari Anas
bin Malik : “Bahwasanya jika terjadi
musim kering yang panjang, maka
Umar bin Khattab memohon hujan
kepada Allah dengan bertawassul
dengan Abbas Ibnu Abdul Muthalib.
Dalam do ’anya ia berkata; ‘Ya Allah,
dulu kami senantiasa bertawassul
kepada-Mu dengan Nabi saw. dan
Engkau memberi hujan kepada kami.
Kini kami bertawassul kepada-Mu
dengan paman Nabi kami, maka
berilah hujan pada kami ’. Anas
berkata; ‘Maka Allah menurun- kan
hujan pada mereka’ ”. (Lihat:Kitab
“Shohih Bukhari” 2/32 hadits ke-947
dalam Bab Shalat Istisqo’)
10.SAHABAT 'UTHBAH TAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD YANG
SUDAH WAFAT : Syeikh Abu Manshur
As-Shabbagh dalam kitabnyaAl-
Hikayatul Masyhur-
ahmengemukakan kisah peristiwa
yang diceriterakan oleh Al-‘Utbah
sebagai berikut:
“Pada suatu hari ketika aku
(Al-‘Utbah) sedang duduk bersimpuh
dekat makam Rasulallah saw., tiba-
tiba datanglah seorang Arab Badui.
Didepan makam beliau itu ia
berkata: ‘As-Salamu’alaika ya
Rasulallah. Aku mengetahui bahwa
Allah telah berfirman: Sesungguhnya
jika mereka ketika berbuat dhalim
terhadap diri mereka sendiri segera
datang kepadamu(hai Muhammad),
kemudian mohon ampunan kepada
Allah, dan Rasul pun me mohonkan
ampun bagi mereka, tentulah
mereka akan mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha
Penyayang(An-Nisa: 64). Sekarang
aku datang kepadamu ya Rasulallah
untuk mohon ampunan kepada Allah
atas segala dosaku, dengan
syafa ’atmu, ya Rasulallah..’. Setelah
mengucapkan kata-kata itu ia lalu
pergi. Beberapa saat kemudian aku
(Al- ‘Utbah) terkantuk. Dalam
keadaan setengah tidur itu
akubermimpimelihat Rasulallah saw.
berkata kepadaku : ‘Hai ‘Utbah,
susullah segera orang Badui itu dan
beritahukan kepadanya bahwa Allah
telah mengampuni dosa-dosanya ’ ”.
Peristiwa diatas ini dikemukakan juga
olehImam Nawawidalam kitabnyaAl-
Idhahbab 4 hal. 498. Dikemukakan
juga olehIbnu KatsirdalamTafsir-nya
mengenai ayat An-Nisa : 64. Para
ulama pakar lainnya yang
mengetengah- kan peristiwa
Al- ‘Utbah ini ialah: Syeikh Abu
Muhammad Ibnu Qaddamah dalam
kitabnyaAl-Mughnyjilid 3/556 ;
Syeikh Abul Faraj Ibnu Qaddamah
dalam kitabnyaAsy-Syarhul-Kabirjilid
3/495 ; Syeikh Manshur bin Yunus Al-
Bahuty dalam kitabnyaKisyaful-Qina
(kitab ini sangat terkenal dikalangan
madzhab Hanbali) jilid 5/30 dan
Imam Al-Qurthubi (Tafsir Al-Qurthubi
jilid 5/265) yang mengemukakan
peristiwa semakna tapi kalimatnya
agak berbeda.
11. SAHABAT SWAD BIN QORIB
BERTAWASSUL KEPADA NABI
MUHAMMAD YANG SUDAH WAFAT :
Diriwayatkan bahwa Sawad bin
Qoorib melantunkan pujiannya
terhadap Rasulallah saw. dimana
dalam pujian tersebut juga terdapat
muatan permohonan tawassul
kepada Rasulullah saw.(Kitab Fathul
Bari 7/137, atau kitab at-Tawasshul fi
Haqiqat at-Tawassul karya ar-Rifa ’i
hal. 300)
12.PARA TABI'IN TAWASSUL KEPADA
NABI MUHAMMAD SAW YANG SUDAH
WAFAT : “Pada zaman Khalifah Umar
Ibnul Khattab ra. terjadi musim
kemarau amat gersang. Seorang
datangkemakam Rasulallahsaw.
kemudian berkata: ‘Ya Rasulallah,
mohonkanlah hujan kepada Allah
bagi ummat anda. Mereka banyak
yang telah binasa ’. Pada malam
harinya orang itu mimpi didatangi
Rasulallah saw. dan berkata
kepadanya: ‘Datanglah engkau
kepada ‘Umar dan sampaikan
salamku kepadanya. Beritahukan dia
bahwa merekaakan
memperolehhujan ’.Katakan juga
kepadanya: ‘Engkau harus bijaksana
…bijaksana’ ! Kemudian orang itu
segera menyampaikan berita
mimpinya kepada Khalifah ‘Umar.
Ketika itu ‘Umar berkata: ‘Ya Rabb
(Ya Tuhanku), mereka mohon
pertolongan-Mu karena aku memang
tidak dapat berbuat sesuatu ’ “.
Hadits itu isnadnya shohih. Demikian
juga yang dikatakan oleh Ibnu Katsir
dalamAl-Bidayah Wan-Nihayah jilid
1/91mengenai peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada tahun 18 H. Ibnu
Abi Syaibah juga mengetengahkan
hadits itu dengan isnad shohih dari
riwayat Abu Shalih As-Saman yang
berasal dari Malik ad-Dariy, seorang
bendaharawan (Khazin) pada zaman
Khalifah Umar. Menurut Saif dalam
kitabnyaAl-Futuhorang yang mimpi
didatangi Rasulallah saw. itu ialah
sahabat Nabi saw. yang bernamaBilal
bin Al-Harits Al-Muzny.Dalam
kitabFathul Barijilid 11/415 Ibnu Hajar
mengatakan bahwa hadits tersebut
isnadnyashohih.
13. PERINTAHTAWASSUL KEPADA
MAKHLUK YANG GAK KELIHATAN :
Sebuah riwayat dari ‘Abdullah bin
Abbas ra. mengatakan bahwa
Rasulallah saw. bersabda: “Banyak
Malaikat Allah dimuka bumi selain
yang bertugas mengawasi amal
perbuatan manusia. Mereka
mencatat setiap lembar daun yang
jatuh dari batangnya. Karena itu jika
seorang diantara kalian tersesat
ditengah sahara (atau tempat
lainnya), hendaklah ia berseru: ‘Hai
para hamba Allah tolonglah aku’ “.
(HR.At-Thabrani dengan para perawi
yang terpercaya).
‘Abdullah bin Mas’ud ra
meriwayatkan, bahwa Rasulallah
saw. pernah bersabda: “Jika seorang
diantara kalian ternak piaraannya
terlepas ditengah sahara, hendaklah
ia berseru: ’Hai para hamba Allah,
tahanlah ternakku…hai para hamba
Allah tahanlah ternakku’. Karena
sesungguhnya Allah mempunyai
makhluk (selain manusia) dimuka
bumi yang siap memberi
pertolongan ”. (HR. Abu Ya’la dan At-
Thabarani dengan perawi-perawi
yang dapat dipercaya, kecuali satu
orang yang dipandang lemah yaitu
Ma ’ruf bin Hasan). Imam Nuruddin ‘Ali
bin Abubakar Al-Haitsami juga
mengetengahkan riwayat ini dalam
Majma ’uz-Zawaid Wa Manba’ul-
Fuwa’id jilid X/132.
14. PARA ULAMA AHLI MEMBOLEHKAN
TAWASSUL :
A.Imam Ibn Idris as-Syafi’i sendiri
pernah menyatakan: “Sesungguhnya
aku telahbertabarrukdari Abu
Hanifah (pendiri madzhab
Hanafi .red)dan men- datangi
kuburannya setiap hari. Jika aku
memiliki hajat maka aku
melakukanshalat dua rakaat dan
lantas mendatangi kuburannyadan
meminta kepada Allah untuk
mengabulkan do ’akudi sisi(kuburan)-
nya.Maka tidak lama kemudian akan
dikabulkan ”(Lihat:KitabTarikh
Baghdadjilid 1 halaman 123 dalam
bab mengenai kuburan-kuburan
yang berada di Baghdad)
B. As-Samhudi yang bermadzhab
Syafi ’i menyatakan; “Terkadang
orang bertawassul kepadanya (Nabi
saw.red) dengan meminta
pertolongan berkait an suatu
perkara. Hal itu memberikan arti
bahwa Rasulallah saw. memiliki
kemampuan untuk memenuhi
permintaan dan memberikan
syafa ’atnya kepada Tuhannya. Maka
hal itu kembali kepada permohonan
do ’anya, walaupun terdapat
perbedaan dari segi
pengibaratannya. Kadangkala sese-
orang meminta; ‘aku memohon
kepadamu (wahai Rasulallah .red)
untuk dapat menemanimu di
sorga …’, tiada yang dikehendakinya
melainkan bahwa Nabi saw. menjadi
sebab dan pemberi
syafa ’at” (Lihat:KitabWafa’ al-Wafa’
bi Akhbar Daarul Mustafakarya as-
Samhudi Jilid 2 halaman 1374)
C. As-Syaukani az-Zaidi pernah
menyatakan akan legalitas tawassul
dalam kitab karyanya yang berjudul
“ Tuhfatudz Dzakiriin” : Mengatakan:
“Dan bertawassul kepada Allah
swt.melaluipara nabi dan manusia
sholeh ”.(Lihat:KitabTuhfatudz
Dzakiriinhalaman 37)
D. Abu Ali al-Khalal salah seorang
tokoh madzhab Hanbali pernah
menyata- kan: “Tiada perkara yang
membuatku gunda kecuali aku
pergike kuburanMusa bin Ja ’far
(keturunan Rasulullah saw. yang
kelima pen.) dan aku ber tawasul
kepadanya melainkan Allah akan
memudahkannya bagiku sebagai-
mana yang
kukehendaki ” (Lihat:KitabTarikh
Baghdadjilid 1 halaman 120 dalam
bab kuburan-kuburan yang berada di
Baghdad).
E. Imam an-Nawawi dalam kitab ‘al-
Majmu’ Syarh al-Muhadzab’ (Jilid: 5
Halaman: 68) : DalamKitabus-
Shalatdan dalamBabus-Shalatul-
Istisqo ’yang menukil riwayat bahwa
Umar bin Khattab telah memohon
do ’a hujan melalui Abbas (paman
Rasulallah) dengan menyatakan: ‘Ya
Allah, dahulu jika kami tidak
mendapat hujan maka kami
bertawassul kepada-Mu melalui Nabi
kami, lantas engkau
menganugerahkan hujan kepada
kami. Dan kini, kami bertawassul
kepada-Mu melalui paman Nabi-Mu,
maka turunkan hujan bagi kami ’.
Kemudian turunlah hujan”.(Ibnu
Hajar juga menyatakan bahwa; Abu
Zar ’ah ad-Damsyiqi juga telah
menyebutkan kisah ini dalam kitab
sejarahnya dengan sanad yang
shohih).
F. Ibnu Hajar dalam kitab ‘Fathul
Bari’(Syarah kitab Shohih al-Bukhari)
pada jilid:2 halaman: 399 :
Menjelaskan peristiwa permintaan
hujan oleh Umar bin Khatab melalui
Abbas, menyatakan: “Dapat diambil
suatu pelajaran dari kisah Abbas ini
yaitu,dimustahabkan(sunah) untuk
memohon hujan
melaluipemilikkeutamaan dan
kebajikan, juga ahlul bait (keluarga)
Nabi ”.
G. Ibnu Atsir dalam kitab ‘Usud al-
Ghabah’(Jilid: 3 Halaman: 167) :
Menjelaskan tentang pribadi
(tarjamah) Abbas bin Abdul Mutthalib
pada nomor ke-2797menyatakan:
“ Sewaktu orang-orang dianugerahi
hujan, mereka berebut
untukmenyentuhi Abbasdan
mengatakan: ‘Selamat atasmu
wahaipenurun hujanuntuk Haramain’.
Saat itu para sahabat mengetahui,
betapa keutamaan yang dimiliki oleh
Abbas sehingga mereka
mengutama- kannya dan
menjadikannya sebagai rujukan
dalam bermusyawarah ”.
Dalam kitab yang samaini
disebutkan bahwaMuawiyahtelah
memohon hujan melaluiYazid bin al-
Aswaddengan mengucapkan: ‘Ya
Allah, kami telah meminta hujan
melaluipribadiyang paling baik dan
utama di antara kami (sahabat). ’ Ya
Allah, kami meminta hujan melalui
diriYazid bin al-Aswad ’. Wahai Yazid,
angkatlah kedua tanganmu kepada
Allah. Kemudian ia mengangkat
kedua tangannya diikuti oleh
segenap orang (yang berada di
sekitanya). Maka mereka
dianugerahi hujan sebelum orang-
orang kembali ke rumah masing-
masing ’.
H.IBNU TAIMIYAH MEMBOLEHKAN
TAWASSUL : Dahulu Rasulullah saw.
mengajarkan seseorang tentang tata
cara memohon kepada Allah swt.
dengan menyeru Nabi untuk
bertawassul kepadanya, dan
meminta kepada Allah agar
mengabulkan syafa ’atnya (Nabi)
dengan mengatakan:“Wahai
Muhammad, Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya aku bertawassul
denganmu kepada Tuhanku dalam
memenuhi hajatku agar dikabulkan
untuk ku. Ya Allah, terimalah
bantuannya padaku ”). (Kitab
“Majmu’atur Rasa’il wal Masa’il”
karya Ibnu Taimiyah 1/18)
I. IBNU TAIMIYAH MENSOHIHKAN
HADITS SAHABAT BERTAWASSUL
KEPADA NABI MUHAMMAD YANG
SUDAH WAFAT :
ImamMujahidmeriwayatkan hadits
dari Abdullah bin ‘Abbas sebagai
berikut:“Seorang yang menderita
penyakit kejang kaki datang kepada
‘ Abdullah bin ‘Abbas ra. Kepadanya
‘Abdullah bin ‘Abbas berkata:
‘Sebutlah orang yang paling kau
cintai !’ Orang itu lalu menyebut;
‘Muhammad saw’.! Seketika itu juga
lenyaplah penyakitnya“. Ibnu
Taimiyyah juga mengetengahkan
riwayat ini dalam kitabnyaAl-
Kalimut-Thayyibbab 47 halaman
165.
http://apresiasi-
rofiuddin.blogspot.com/2010/10/
tawassul-istighosah-sholawat-
badar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar