Jumat, 24 Desember 2010

SATU KELUARGA BERBEDA AGAMA, APAKAN AKAN BERTEMU DI SURGA.??

Sebelum manusia
berpindah ke alam
akhirat mereka akan
menempuh satu alam
dinamakan alam barzakh
dan di sana mereka akan
menjawab soalan
ditujukan malaikat
kepada mereka. Di sinilah
penentu kejayaan di alam
akhirat nanti sama ada
manusia itu akan masuk
ke syurga atau neraka.
Persoalan kubur
termasuk dalam pokok
keimanan terhadap alam
ghaib seperti mana kita
wajib percaya akan
adanya syurga, neraka,
malaikat dan hari kiamat.
Dalam al-Quran dan hadis
Rasulullah SAW yang
sahih banyak diterangkan
perkara di atas yang
menuntut setiap orang
meyakini adanya alam
selepas kehidupan
duniawi.
Ia dikenali dengan
perkara ‘sam’iyat’ iaitu
perkara yang hanya
diketahui melalui
perkhabaran, tidak dapat
dilihat oleh mata dan
tidak terfikir akal.
Beriman kepada alam
ghaib adalah ciri orang
beriman.
Allah berfirman yang
bermaksud: “Kitab al-
Quran ini, tidak ada
sebarang syak padanya
(mengenai datangnya
dari Allah dan tentang
sempurnanya), ia pula
menjadi petunjuk bagi
orang yang beriman
kepada perkara ghaib
dan mendirikan solat
serta membelanjakan
sebahagian daripada
rezeki yang kami berikan
kepada mereka.”
Walaupun ada
sesetengah agama
mempercayai adanya
kebangkitan selepas
kematian di alam roh
tetapi mereka
menyeleweng daripada
konsep dipegang Islam.
Sebahagian lagi terus
kufur dan menolak
kerana mereka
berdasarkan logik serta
akal fikiran semata-mata,
menganggap bahawa
hidup hanya di atas dunia
ini saja.
Hadis Abi Said
mengatakan, Nabi SAW
bersabda yang
bermaksud: “Kubur itu
adalah salah satu lubang
neraka, atau salah satu
taman syurga. ”
Adapun arwah orang
yang beriman akan
sentiasa dalam rahmat
dan peliharaan Allah
tidak kira di mana
mereka berada.
Bagaimanakah seseorang
itu akan menghadapi
persoalan kubur?
Adapun roh orang yang
beriman dijelaskan Allah
dalam firman yang
bermaksud:
“Setelah menerangkan
akibat orang yang tidak
menghiraukan akhirat,
Tuhan menyatakan
bahawa orang beriman
dan beramal salih akan
disambut dengan kata-
kata: Wahai orang yang
mempunyai jiwa yang
sentiasa tenang tetap
dengan kepercayaan dan
bawaan baiknya,
kembalilah kepada
Tuhanmu dengan
keadaan engkau berpuas
hati (dengan segala
nikmat yang diberikan),
lagi diredai (di sisi
Tuhanmu). Serta
masuklah dalam
kumpulan hamba-Ku yang
berbahagia, dan
masuklah ke dalam
syurga-Ku. ” – (Surah al-
Fajar, ayat 27-30)
Kemudian apabila
seseorang hamba Allah
meninggal dunia, selepas
dikebumikan dan
ditinggalkan kuburnya
lalu datanglah dua
malaikat iaitu Mungkar
dan Nakir yang
ditugaskan untuk
menyoalnya.
Jika ia beriman dan
beramal salih, maka
diberikan taufik oleh
Allah menjawab
persoalan dengan mudah.
Kemudian dibuka baginya
pintu syurga dan
diperlihatkan syurga ke
atasnya dan
berbahagialah dia
sehingga hari kiamat.
Namun jika orang itu
kafir atau munafik,
mereka akan menjawab
tidak tahu. Lalu akan
menerima seksaan kubur
yang dahsyat. Suara
teriak mereka dapat
didengar oleh makhluk
lain kecuali manusia dan
jin.
Menurut Syeikh Abdullah
Al-Fattani dalam bukunya
Kasful Qhummah, roh
Nabi, syuhada, muttaqin,
salihin akan diangkat
oleh malaikat ke langit
selepas selesai tanya
jawab dengan malaikat
Mungkar dan Nakir.
Kemudian di angkat ke
langit kedua, ketiga,
keempat dan seterusnya
ketujuh hingga ke
Sidratul Muntaha dan di
bawa ke Arasy Tuhan. Di
sinilah mereka akan
ditempatkan dan hidup
dengan senang serta
bahagia sehingga tiba
hari kiamat.
Persoalan kubur tidak
terkecuali bagi setiap
orang yang meninggal
dunia sama ada mereka
mati di bumi, laut atau
angkasa. Mengenai
gambaran azab dan seksa
kubur itu dalam pelbagai
cara seperti dijelaskan
ulama.
Bagaimanapun kita tidak
banyak mengetahui
rahsia alam roh
melainkan apa yang
diceritakan al-Quran dan
hadis kerana ia adalah
urusan Allah. Apabila
seseorang berpindah ke
alam baqa, bermakna
terputuslah segala
hubungan dan amalannya
di dunia ini melainkan
sedekah jariah, ilmu
bermanfaat, anak soleh
dan juga doa daripada
kaum kerabatnya di
dunia ini.
Riwayat daripada Ad-
Dailami ada menyebut
yang bermaksud: “Orang
yang mati dalam
kuburnya adalah seperti
orang sedang tenggelam
yang meminta
pertolongan. Ia
menunggu sampai
kepadanya (rahmat)
sesuatu doa daripada
anaknya, atau
saudaranya ataupun
sahabat handainya.
Apabila (rahmat) doa itu
sampai kepadanya, maka
tidaklah terkira
sukacitanya dan
dirasainya ‘rahmat doa
itu’ lebih berharga
daripada dunia dan
segala isinya. Sebenarnya
hadiah orang yang hidup
kepada orang mati ialah
doa dan istighfar. ”
09 Oktober jam 2:33 · Suka · Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Dari Anas bin Malik
bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ”Sesungguhnya
seorang hamba ketika
diletakkan di kuburnya
dan ditinggalkan oleh
teman-temannya, maka
dia masih mendengar
suara sandal mereka.
Imam Bukhari
menambahkan,”Sedangkan
orang munafik dan kafir
diserukan kepada
mereka, ”
Ternyata Al-Qur’an
mengisyaratkan bahwa di
surga, manusia yang jadi
penghuninya mempunyai
pasangan dan hal
tersebut tidak selalu
diartikan sebagai
pasangan suami istri, dan
yang dikatakan sebagai
‘ bidadari’ itu ternyata
tidak hanya terbatas
pada pengertian
pasangan wanita saja.
Persoalan ini tidaklah
aneh dalam sejarah
penafsiran Al-Qur ’an,
karena sebagai firman
Allah, kemampuan kita
untuk menafsirkannya
sangat terbatas. Ketika
Allah menyampaikan
hanya satu kata firman-
Nya, kelihatan tidak
cukup jutaan buku yang
dibuat manusia untuk
menjelaskan maknanya,
Allah menyatakan :
[18:109] Katakanlah:
Sekiranya lautan menjadi
tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan
itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku,
meskipun Kami
datangkan tambahan
sebanyak itu (pula )”.
[31:27] Dan seandainya
pohon-pohon di bumi
menjadi pena dan laut
(menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya
tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Maka ketika manusia
berusaha menjelaskan
kalimat-kalimat Allah,
apalagi yang terkait
dengan sesuatu yang
masih ghaib, tidak akan
habis-habisnya manusia
memberikan
penafsirannya, hebatnya
seluruh penafsiran
tersebut seolah-olah
‘ tenggelam’ dalam
kalimat-kalimat Allah
tersebut.
Disisi lain, Al-Qur ’an juga
bisa berfungsi sebagai
cermin bagi manusia,
memantulkan apa yang
ada dalam diri kita ketika
berhadapan dengannya.
Pada mulanya Al-Qur ’an
diturunkan pada bangsa
Arab dan para penafsir
awal adalah kaum laki-
laki dari bangsa tersebut,
maka mereka yang
memang terkenal punya
karakter ‘manusia gurun
yang perkasa’ terutama
terkait dengan wanita,
ayat tersebut
‘ memantulkan’ karakter
tersebut sehingga muncul
penafsiran yang
‘ berpihak’ kepada kaum
lelaki yang
menggambarkan wanita
cantik, putih bersih,
setia, tunduk, dan inilah
penafsiran yang muncul
bertahun-tahun sehingga
membentuk ‘stereotip’
tentang surga yang
dipenuhi bidadari. Tentu
saja ini tidaklah salah
karena seperti yang saya
katakan sebelumnya,
penafsiran ini seolah-olah
‘tenggelam’ didalamnya
dan artinya tetap bisa
diterima . Namun
bagaimana kalau yang
berhadapan dengan ayat
tersebut adalah seorang
wanita..?? kita juga
‘mempersilahkan’ wanita
tersebut ‘berkhayal’
bahwa di surga nanti dia
akan menemui pasangan,
bisa seorang suami, bisa
juga suaminya yang di
dunia, bisa juga wanita
lain sebagai sahabat
‘sejiwa’, pasangan yang
tidak akan mengkhianati
dan yang selalu
mendampingi, tidak
seperti pasangannya di
dunia, bisa pacar, suami,
sahabat yang dipastikan
pernah berkhianat.
Kalaupun kita
bertanya : ”Lalu apa
maksudnya Allah sengaja
menyampaikan ‘sesuatu’
di surga yang akan
menjadi pasangan
manusia penghuninya..??,
apa pentingnya hal
tersebut.. ??”. Kita
mengetahui bahwa
manusia adalah makhluk
sosial karena tidak
bakalan bisa hidup
sendiri. Kelihatannya di
surga nanti nalurinya
sebagai makhluk sosial
tidak akan berubah.
Maka ketika manusia
bersosialisasi di surga
nanti dia akan
berhadapan dan
berinteraksi dengan
makhluk-makhluk lain.
Dengan menyampaikan
adanya ‘huurin ‘iin’ ini,
maka Allah – yang sangat
mengerti tentang
manusia – tidak hanya
menyiapkan, makanan
dan minuman dan tempat
tinggal yang indah, tapi
juga menyiapkan
‘ masyarakat’ tempat
para penghuninya
bersosialisasi dan
berinteraksi.
Ternyata ‘bidadari’ di
surga tidak harus
perempuan, dan
hubungan kita dengannya
tidak harus berupa
hubungan seksual. Apa
yang kita tafsirkan dari
penjelasan Al-Qur’an
tentang itu merupakan
‘ pantulan’ dari obsesi kita
sendiri, Allah
menyampaikan :
[43:71] Diedarkan kepada
mereka piring-piring dari
emas, dan piala-piala dan
di dalam surga itu
terdapat segala apa yang
diingini oleh hati dan
sedap (dipandang) mata
dan kamu kekal di
dalamnya ”.
09 Oktober jam 2:48 · Suka · Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam kalau dialam kubur,
memikirkan dirinya saja
sulit apalagi memikirkan
hal-hal yang dialami
didunia, di syurga
penghuni syurga saling
bersilaturahmi. jadi bisa
ketemu dengan ahli surga
lainnya. wallohu'alam

1 komentar: